2009_08_29 Usia Bukan Penghalang ...

Gambar diambil di sini


Seorang ibu tua nampak sayu, dalam berpenampilan. Namun matanya berbinar ketika seru menawarkan dagangan dalam bakul keranjang yang diletakkan di sisi jalan. Ya .. ia nampak tak pernah lelah. Senyumnya yang santun, menggambarkan kecantikannya ketika muda dulu. Siapa yang tak kenal Mbah Menik. Begitu panggilan para tetangganya ..


Kembali kuangkat sedikit cerita tentang ibu tua, yang sering ditemui oleh suamiku dalam perjalanannya ke kantor. Pertama kali bertemu, ia terduduk disamping bakulnya yang cukup besar sembari beristirahat. Ketika itu masih pagi ..
Namun semangatnya untuk tetap beraktivitas, membuat rasa salut itu tumbuh di hati kami yang muda muda ini. Ia berjualan telur ayam kampung. Beberapa dagangan lainnya sudah terjual ludes ..


Suamiku menikmati pemandangan ini, sebagai cambuk semangatnya untuk lebih hidup dalam mengatasi hidup. Agh ... siapa sich yang tak punya masalah?
Semua manusia punya masalah bukan? Hanya sejauh mana kita mampu menyikapi nya secara positif, atau malah negatif.


Beberapa kesempatan mendatang, suamiku mengajakku berangkat pagi bersama. Dan di tempat yang sama kami pun menemukan si Ibu terduduk sembari beristirahat di tempat yang sama. Tubuhnya kecil dan kurus, namun kulitnya terlihat putih dan cantik. Kami mendatanginya dan melakukan sedikit komunikasi, sekedar melakukan perkenalan singkat. Tak banyak yang ia ceritakan. Wajahnya tetap tersenyum menyambut, sekalipun kami tahu ia lelah berjalan.
Agh .. dimana rumahnya? Sejauh mana ia berjalan setiap paginya?


Berbalut kain kebaya dan kain batik yang telah pudar warnanya, ia memanggul bakul. Tuhan .. dimana keluarganya, hingga membiarkan ia berjualan di masa tuanya?


2 Minggu yang lalu, aku dan suami berniat untuk menemuinya di rumahnya. Sambil jalan jalan pagi .. kami mulai bertanya tanya kepada pedagang kecil yang biasa berdagang di seputaran ia tinggal. Seorang abang bubur kacang hijau yang sering melihatnya berjalan melewati jalan besar, memberikan gambaran dimana ia menetap. Ternyata tak terlalu jauh dari tempat tinggal ku.

Kami pernah menunggu kedatangannya di seputaran taman, tempat si Ibu biasa nangkring dan menjajakan dagangannya. Atau di depan rumah besar, diatas batu kali besar tempat biasa si Ibu duduk beristirahat. Tapi tak kunjung terlihat.


Ketika itu, kami pun tak berkesempatan menemuinya di taman setelah 2-3 jam menunggu. Mencari rumahnya juga bukan lah hal yang mudah. Karena kami belum mengetahui namanya.
Hanya gambaran tentang diri si Ibu, yang kami jadikan modal untuk bertanya dan mencari keberadaannya.


Hingga pagi itu, aku dan suami berniat untuk mencarinya kembali. Awal awalnya cukup pesimis juga, karena seorang pemilik warung kelontong merasa tak mengenal si Ibu. Agh .. kami lanjutkan saja perjalanan kecil itu, untuk kembali bertanya. Ada yang bilang, si Ibu orang jauh .. rumahnya di Citayam. Waduh?? sepagi itu sudah ada di sini, jam berapa ya dari Citayam. Rasanya .. semakin membuatku trenyuh dan miris.


Tak disangka seorang ibu muda langsung mengenali ciri ciri yang kami sampaikan. "Oh .. Mbah Menik ya? Yang biasa jualan telur ayam kampung khan?".
Wah .. rasanya sedikit lega. Dengan petunjuk yang diberikan, kami jalani sebutir harapan untuk menemuinya. Dan siapa yang menduga bila akhirnya kami tepat tiba di rumahnya.


Alhamdulillah .. ternyata ia tinggal di tempat yang lebih baik, jauh dari keterpurukan yang kami bayangkan selama ini. Namun ada satu pertanyaan .. bila Mbah Menik hidup lebih baik, mengapa keluarganya membiarkan ia berjalan sejauh itu, berjualan telur ayam kampung yang tak seberapa menjanjikan pelanggan apalagi keuntungan?
Aku dan suami hanya berpandangan ..


Apapun itu .. kami salut dengan perjuangan dan semangatnya. Itu nilai nilai kehidupan ..
Usia lanjut bukan penghalang bagi seorang Ibu lanjut usia untuk berhenti berusaha dan terus berjalan mencari semangat baru di setiap harinya. Mungkin ia terbiasa berdagang ketika muda. Terbiasa beraktivitas dan menghasilkan untuk keluarga. Namun kini, ia ingin tetap berupaya menghasilkan, sekalipun ia tahu kekuatannya tak lagi menunjang.
Toh .. tak ada salahnya untuk sekedar berjalan memanggul bakul berisi dagangan dan menawarkannya kepada pembeli. Daripada sekedar duduk menikmati waktu terbuang .. tanpa melihat sisi dunia yang berbeda di luar sana.


Agh .. trimakasih Tuhan untuk pelajaran hari ini. Semoga Kau ingatkan kami dengan semangat Mbah Menik yang selalu hidup.
Hayoo .. yang muda muda, kita bakar semangat kita untuk terus berjalan mencari nilai kehidupan yang berbeda dari keseharian kita. Sesuatu yang sederhana namun menyimpan semangat hidup yang tak diperoleh dari sekedar bangku sekolah.

2 Fans Berat:

reni mengatakan...

Hebat si Mbah Menik... yang tak mau berpangku tangan menyerahkan hidupnya pada anak cucunya...
Semoga semangat Mbah Menik dapat diteladani oleh kita-2 yang masih jauh lebih muda, mbak.

Kuyus is cute mengatakan...

iya mbak ...
setuju ..